Minggu, 11 November 2012

Fenomena Ponari dan Emoto



Gambar 1:
Buku karangan Dr. Masaru Emoto


Apakah Anda ingat buku ini? Pernah beli, pinjam, baca, dengar  atau hanya lihat-lihat saja? Yang jelas, tidak ada satu pun stasiun tv di Indonesia yang pernah membahas atau bahkan sampai membuat acara khusus tentang buku karangan Dr. Masaru Emoto tersebut. Tapi saya yakin setidaknya Anda pernah melihat pemberitaan tentang bocah kecil Ponari dari Jombang Jawa Timur ini.


Gambar 2:
Ponari, Sang Dukun Cilik sedang beraksi mencelupkan "batu petir"nya


Gambar 3:
Foto ketika Ponari muncul di acara tv garapan Tukul Arwana


Rasanya memang cukup sulit untuk menghubungkan antara fenomena Batu Ponari dengan temuan Emoto. Hal ini karena tidak adanya data dan informasi yang cukup tentang hubungan saling mempengaruhi di antara kedua fenomena tersebut. Ditambah lagi, keduanya juga tidak memiliki hubungan sama sekali dalam praktinya. Namun saya akan sekilas memaparkan kedua fenomena tersebut untuk sekedar mengingatkan dan menginformasikan. Agar kemudian Anda dapat menyimpulkan sendiri benang merah diantara keduanya.

Pada awal 2009, seorang bocah mengaku telah memungut batu dari tanah bekas sambaran petir. Batu itu berukuran sebesar kepalan tangan bayi dengan warna kuning pucat berbintik di permukaanya. Lantas ia melaporkan temuannya itu kepada orangtuanya. Kemudian setelah mendengar penuturan tentang kisah  penemuan batu itu, orangtua sang anak memberi nama batu petir kepada batu temuan anaknya tersebut. Singkat cerita ada seorang tetangga yang mengeluh sakit kepada keluarga Ponari. Atas dasar rasa simpati keluarga Ponari kemudian secara rahasia memberikan segelas air hasil celupan batu petir kepada tetangganya tersebut. Tidak lama kemudian besok paginya tetangga tersebut mengaku bahwa ia telah sembuh dari sakitnya. Ia sangat gembira dan berterimakasih kepada keluarga ponari. Karena terbawa perasaan gembira, lantas keluarga ponari mengatakan bahwa air yang kemarin disuguhkan adalah air hasil celupan batu petir miliknya Ponari. Dengan setengah kaget secara spontan sang tetangga mengatakan bahwa mungkin itu adalah batu bertuah. Ponari dikaruniai kemampuan mengobati melalui perantara batunya itu(katanya). Atas kejadian tersebut, dengan cepat berita tersebut menyebar luas ke pelosok desa. Banyak orang yang kemudian datang ke rumah Ponari karena ingin mendapatkan khasiat dari batunya itu. Berawal dari sana, kehebatan Ponari kemudian menyebar lebih luas berkat pemberitaan yang datang dari media massa. Ribuan bahkan puluhan ribu orang berdatangan dari berbagai daerah untuk sekedar mendapatkan celupan batu dari tangan ajaib Ponari. Bukan hanya dari Indonesia, bahkan orang Malaysia pun rela merogoh kocek untuk sengaja datang ke Jawa menemui Ponari. 


Gambar 4:
Batu Petir Ponari

Puluhan ribu orang yang datang silih berganti ke rumah Ponari, menyebabkan aparat Polisi yang dibantu TNI ikut membantu menertibkan pengunjung. Hal ini karena dikhawatirkan terjadinya kekacauan akibat arus pengunjung yang tidak terkendali. Tapi dibalik itu semua, keluarga Ponari benar-benar memanfaatkan keadaan tersebut untuk dijadikan pundi-pundi rupiah. Ini bukan omong kosong belaka, disebutkan dalam waktu sehari saja Ponari dapat meraup uang sampai 60 juta rupiah dari hasil sedekah puluhan ribu pengunjungnya. Dalam sebulan keluarga Ponari mengaku dapat mengantongi lebih dari satu miliar rupiah.  Akan tetapi uang sebanyak itu juga harus dibagi dengan aparat keamanan dan aparat desa yang stand by menjaga ketertiban di sana. Tidak hanya keluarga Ponari, penduduk di sekitar rumah Ponari pun kecipratan untung berkat banyaknya pangunjung yang berdatangan. Kondisi tersebut mereka manfaatkan untuk berdagang, membuka penginapan bahkan membuat WC umum untuk pengunjung yang kebelet pipis. Namun keadaan yang semakin tidak karuan membuat Polri dan TNI terpaksa menutup pratek Ponari untuk sementara waktu. Walau praktek tersebut ditutup, tapi tetap saja ada beberapa pasien yang berkunjung ke rumah Ponari untuk meminta celupan batu petirnya. Keadaan tersebut membuat aparat Polri dan TNI memutuskan untuk membuka lagi prakteknya pada tanggal 3 Februari 2009.

Hebohnya pemberitaan tentang kesaktian batu petir milik Ponari menuai berbagai kontroversi dari berbagai kalangan. Ada yang pro, ada pula yang kontra terhadap fenomena batu petir Ponari. Bahkan ada yang sampai melakukan penelitian ilmiah terhadap sampel batu milik Ponari. Berikut adalah beberapa kritik terhadap fenomena batu petir Ponari yang tertuang dalam bentuk ilustrasi unik.


Gambar 4:
Produk di atas merupakan solusi yang ditawarkan untuk menyiasati peningkatan jumlah permintaan konsumen terhadap air celupan batu Ponari



Gambar 5:
Bukti keseriusan media masa untuk mempopulerkan Ponari



Gambar 6:
Sepertinya bukan hanya para pengusaha minuman suplemen saja yang merasa tersaingi oleh Ponari, tapi juga termasuk para pengusaha teh celup lokal, mereka tampak begitu serius bersaing dengan Ponari


Fenomena Batu Petir Ponari bukanlah fenomena yang terlalu diperhitungkan oleh kalangan akademisi dan para ilmuwan. Hal itu hanya dianggap sebagai sebuah bentuk indikator masih kuatnya kepercayaan masyarakat Indonesia(khususnya Jawa) terhadap hal-hal yang berbau klenik. Sebenarnya jauh sebelum fenomena Ponari terangkat ke media, ada hal yang lebih fenomenal yang menjadi buah bibir masyarakat. Fenomena kali ini menyebabkan kalangan akademisi dan para ilmuwan turun tangan untuk mengklarifikasi kebenarannya. Hanya saja peristiwa tersebut tidak sampai diangkat menjadi pemberitaan media di Indonesia. Adapun fenomena tersebut adalah klaim seorang ilmuwan dari Jepang yang mengaku telah menemukan bahwa air dapat merespon apa yang manusia katakan dan tuliskan kepada air. Ia adalah Masaru Emoto, alumnus The Open International University for Alternative Medicine(Universitas Terbuka Pengobatan Alternatif Internasional) yang ada di India(Bayarnya cuma 7 juta sampai lulus jadi Doktor, kuliahnya pun hanya berupa surat-menyurat via e-mail. Ada yang berminat?).



Gambar 7:
Dr. Emoto, Sang Nabi Air, beliau berhasil mendapatkan gelar Doktor walau tidak pernah sekalipun menginjakan kaki ke kampusnya di India

Atas penemuannya mengenai kemampuan air yang dapat merespon stimulus dari manusia, ia kemudian mendokumentasikan temuan itu ke dalam sebuah buku yang berjudul "The Hiden Messege in Water" pada tahun 1999. Tidak hanya sampai di situ saja, ia kemudian dengan giat melakukan berbagai seminar di sejumlah negara yang ada di Benua Eropa dan Amerika. Kemudian setelah itu ia menerbitkan buku kembali tentang penemuannya untuk kedua kali dalam judul buku yang berbeda yakni, "The True Power of Water". Buku ini sempat menjadi bestseller di berbagai negara karena begitu fenomenalnya temuan Emoto itu. Banyak kalangan yang kagum atas temuannya tersebut. Sehingga di negeri kita pun banyak training-training motivasi yang menjadikan buku ini sebagai sumber materinya. Bahkan  da'i kondang, Aa Gym, menjadi pengantar dalam buku The True Power of Water yang diterbitkan di Indonesia. Pendapat Aa Gym atas temuan Emoto, semakin  menambah nilai prestisius bagi buku itu, sehingga masyarakat berbondong-bondong untuk membelinya.



Gambar 8:
Dalam buku pertamanya ini, Emoto mengklaim bahwa air dapat merespon stimulus yang diberikan manusia dengan membentuk pola kristal tertentu sesuai dengan stimulus yang diterimanya

Dalam klaim yang dikemukakan Emoto atas hasil penelitiannya, ia menyatakan bahwa bila air diberi stimulus positif berupa kata-kata halus dan ucapan baik, dapat membuat air membentuk kristal dengan sudut yang indah dan cantik. Sedangkan bila air diberi stimulus berupa kata-kata kotor yang penuh kebencian, maka air tidak akan membentuk kristal. Atau kalaupun membentuk kristal, sudut yang dihasilkan akan terlihat jelek dan tidak sempurna. Atas penemuannya ini, masyarakat awam yang tidak mengerti sama sekali tentang penelitian ilmiah secara cepat menganggap temuan Emoto sebagai suatu kebenaran ilmiah. Masyarakat merasa lega karena akhirnya kepercayaan religi dapat dipertemukan dengan sains. Sehingga pemikiran ini diterima begitu saja tanpa dikaji ulang mengenai kebenarannya. Namun lain lagi bagi para akademisi, temuan ini justru dipertanyakan kebenarannya mengingat metode penelitian Emoto tidak berdasarkan metode penelitian standar yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan. Selain itu karena sifat latar belakang pendidikan Emoto yang tidak sesuai dengan kompetensi bidang kajiannya(Emoto konsen di bidang ilmu Humaniora bukan Eksakta), menjadikan pengamatan Emoto termasuk kategori kegiatan amatir.


Gambar 9:
Kristal air Emoto yang diberi label dengan kata-kata yang baik


Gambar 10:
Beberapa contoh kristal air dari berbagai sumber air yang berbeda


Gambar 11:
Sepasang contoh kristal air yang diberi stimulus berbeda


Gambar 12:
Produk Air Dalam Kemasan bikinan Emoto CS


Selain itu, atas temuan Emoto, sekelompok siswa Durango High School di Colorado, Amerika Serikat, berusaha menguji keshahihan kristal air Emoto, pada Mei 2004. Mereka dibimbing oleh seorang guru bernama Damian Nash. Riset bertajuk "Replicating the Water/Thought Experiment of Masaru Emoto" itu kemudian dipublikasikan pada website Institute of Noetic Sciences, Desember 2005. Dari serangkaian tahapan eksperimen itu, mereka berkesimpulan, tidak ada cukup bukti untuk menyangkal atau membenarkan hipotesis Emoto. Mereka memang menemukan, bahwa sampel dari dua jenis air berbeda, ketika diberi label tulisan yang sama, "Saya menghina kamu", ternyata membentuk model kristal yang sama. Tetapi pada sebagian besar sampel, proses pembentukan kristal sama saja, walaupun pesan yang disampaikan berbeda-beda. Eksperimen tersebut mereka lakukan dengan meniru tahapan penelitian yang dilakukan Emoto. 

Kemudian, terakhir yang menjadi permasalahan adalah pada saat melakukan pengamatan, Emoto tidak melalui uji double blind.  Uji double blind ini maksudnya adalah orang yang mempersiapkan sampel dan mengamati sampel harus dua orang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar objektifitas dari pengamatan tersebut dapat dijaga tanpa adanya campur tangan subjektifitas pengamat. Sayangnya Emoto tidak melakukan uji tersebut, ia melakukan segalanya sendirian sehingga para ilmuwan menganggap bahwa kristal yang difoto Emoto telah terlebih dahulu dipilih agar sesuai dengan maksud dan tujuan yang Emoto inginkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebenaran atas pengamatan Emoto itu sarat akan subjektifitas Emoto sendiri. Namun Soewarno, Gurubesar Emiritus, IPB menambahkan, "tidaklah bijak bagi saya untuk menanggapinya secara berlebihan terhadap isi ilmiah dalam buku The True Power of Water, apalagi mengkritisi metode pengamatan dari seorang hobiist(pecinta) yang mengagumi kristal air. Akan lebih bermakna bagi kita untuk menyikapi dan mendudukan keberadaan buku ini secara proporsional dan mengambil hikmahnya.

Baik Ponari maupun Emoto, saya nilai keduanya adalah seorang pengusaha yang sedang memasarkan barang dagangnya kepada masyarakat. Mereka menjual sugesti agar produk yang mereka tawarkan laku keras di pasaran. Pada akhirnya, Ponari maupun Emoto keduanya sangat berperan menggugah kembali kesadaran masyarakat tentang begitu berharganya air di dalam kehidupan kita. Hal ini dapat kita temukan sendiri dari pernyataan Emoto yang mengajak semua orang di seluruh dunia untuk meneliti, menjaga, menghargai dan menyayangi air. Apapun sensasi fantastik yang mereka lakukan bukanlah untuk dijadikan bahan cemoohan dan ejekan untuk mematikan karakter mereka. Kita semestinya harus lebih keras mengoptimalkan kemampuan akal pikiran agar lebih kritis dalam menaggapi berbagai fenomena yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga perbuatan kita, tidak termasuk kategori perbuatan latah yang hanya ikut-ikutan trend terkini di masyarakat.

Adapun menanggapi buku The True Power of Water, saya mempunyai pendapat sendiri mengenai kekuatan air sesungguhnya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Bukan maksud untuk mendeskreditkan buku tersebut, namun saya yakin buku tersebut juga benar bila ditempatkan pada posisi yang benar pula. Dua video di bawah ini merupakan ilustrasi yang mewakili pendapat saya tentang kekuatan air. Silahkan Anda simak dan saksikan kedua video di bawah ini.


 

Video 1:
Bahan Bakar Air, kekuatan dahsyat yang tidak diperhitungkan


Video 2:
Jet Water Cutting, kekuatan dahsyat yang mengagumkan







2 komentar:

  1. Aji, tulisannya menarik. Kalau bisa, cari tema yang sedang hangat-hangatnya banyak dibicarakan. Mudah-mudahan banyak yang berkunjung ke blognya. ^^

    BalasHapus